Beredarnya kabar mengenai aksi nekat invasi darat Israel ke Rafah, belakangan ini turut menghebohkan publik. Bahkan, tidak sedikit dari masyarakat dunia yang mengkhawatirkan serangan tersebut karena dikhawatirkan berpotensi menimbulkan kerugian.
Khususnya, bagi lebih dari 1 juta warga sipil Palestina yang memang menjadikan Rafah sebagai tempat perlindungan. Adapun aksi nekat serangan yang dilakukan Israel, ternyata turut dilaterbalakangi oleh beberapa hal tertentu.
Sejumlah Alasan yang Melatarbelakangi Aksi Nekat Invasi Darat Israel ke Rafah
Tekad Israel untuk melancarkan serangan darat terhadap Hamas di Rafah (kota paling selatan Gaza), cukup menarik atensi banyak pihak. Salah satunya, yaitu pihak Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang turut memberikan tanggapan.
Melalui sebuah pernyataan, Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths mengungkapkan bahwa invasi darat Israel merupakan tragedi cukup mengkhawatirkan. Sebab jika serangan tetap dilancarkan, tentunya akan sangat menyulitkan aktivitas lembaga PBB.
Yaitu dalam hal mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Hal ini dikarenakan, sebagian besar jalan-jalan tersebut tidak akan dapat dilalui karena terjadinya perang aktif yang dilakukan Israel ke wilayah Rafah, Gaza.
Aksi invasi darat dari Israel ke Rafah, umumnya dilatarbelakangi karena wilayah tersebut merupakan benteng terakhir Hamas di Jalur Gaza. Berbagai alasan lain mengapa negara tersebut nekat melakukan serangan, yakni sebagai berikut.
1. Bertekad Kuat untuk Melemahkan Kemampuan Militer Hamas
Alasan dilakukan invasi darat Israel ke Rafah, yaitu karena negara ini bertekad kuat melemahkan kemampuan militer Hamas. Diketahui, serangan ini merupakan respons terhadap aksi mematikan lintas batas Hamas 7 Oktober.
Berkaitan dengan hal tersebut, PM Netanyahu mengungkapkan bahwa tujuan utamanya dilakukan invasi yaitu untuk menghancurkan kemampuan militernya. Terlebih seperti diketahui, bahwa Rafah merupakan benteng besar terakhir Hamas di Jalur Gaza.
Bertepatan setelah adanya operasi di tempat lain yang berhasil membubarkan 18 dari 24 batalion kelompok militan tersebut. Selain itu, ada juga sasaran serangan pertama utamanya berada di Gaza bagian utara.
Bahkan di wilayah tersebut, Hamas diketahui sudah berkumpul di beberapa daerah dan terus melancarkan serangan. Sehingga hal inilah yang menjadikan Israel gencar melakukan aksi serangan balas dendam.
2. Terdapat 4 Batalion Hamas di Rafah
Menurut informasi invasi darat Israel, Hamas diketahui memiliki 4 batalion di Rafah dan berencana untuk mengirimkan pasukan darat demi menggulingkan Israel. Terlebih lagi, ada beberapa militan senior yang turut bersembunyi di kota tersebut.
Sebelumnya, Amerika Serikat juga sudah mendesak Israel untuk tidak melakukan serangan tanpa rencana yang kredibel dalam mengevakuasi warga sipil. Selain itu, Mesir juga ikut memberikan tanggapan mengenai invasi darat tersebut.
Dalam hal ini dikatakan, bahwa Mesir merupakan salah satu mitra strategis Israel. Diungkapkan Mesir, bahwa adanya tindakan tersebut justru ke depannya nanti akan memberikan ancaman besar terhadap perjanjian perdamaian.
Terlebih seperti diketahui, bahwa perjanjian perdamaian ini sudah berumur empat dekade dengan Israel. Tentu saja, ini bisa berpengaruh terhadap perjanjian perdamaian tersebut jika negara ini tetap kekeuh melancarkan serangan.
3. Israel Menginginkan Nasib Rafah Sama Seperti Khan Younis
Aksi nekat invasi darat Israel, juga dilatarbelakangi karena negara tersebut menginginkan nasib Rafah seperti Khan Younis. Yaitu wilayah yang mendapatkan pemboman dahsyat pada Oktober, hingga menyebabkan banyak kematian warga sipil.
Dalam keterangannya, pihak Israel berencana ingin mengerahkan warga sipil di Rafah ke “Pulau Kemanusiaan” di Gaza tengah sebelum serangan direncanakan. Bahkan, pihaknya juga sudah memesan ribuan tenda untuk melindungi orang-orang.
Kendati demikian, pihaknya belum memberikan rincian detail terkait rencana serangan tersebut. Sementara di sisi lain, PBB mengatakan jika serangan tersebut justru akan menggagalkan operasi bantuan untuk kelangsungan hidup penduduk Gaza.
Sebab jika serangan ini tetap dilancarkan, justru akan menyebabkan warga Palestina dalam kondisi memprihatinkan. Baik itu dalam kondisi kelaparan maupun kematian massal yang lebih besar.
4. Telah Mendapatkan Dukungan Penuh dari Amerika Serikat (AS)
Kepercayaan diri Israel melakukan serangan ke Rafah, ternyata didukung penuh oleh Amerika Serikat. Meski demikian, sinvasi tersebut harus dilakukan secara tepat sasaran tanpa melakukan serangan darat besar-besaran.
Bahkan, pihak juru bicara Keamanan Nasional AS, John Kirby turut memberikan tanggapannya. Yaitu bertepatan setelah PM Netanyahu memberikan komentar terbaru terkait aksi yang akan dilancarkannya.
Dalam sebuah pernyataan, John Kirby mengungkap tidak ingin melihat operasi invasi darat Israel besar-besaran di Rafah. Selain itu, pihaknya juga menginginkan agar operasi dilakukan dengan tetap mempertimbangkan keselamatan dan keamanan.
Khususnya bagi orang-orang yang memang diketahui tengah mengungsi di kota tersebut. Dengan demikian, maka nantinya akan menjadikan serangan yang dilakukan tersebut lebih tepat sasaran terhadap pihak Hamas di Rafah.
Dari beberapa alasan tersebut, tidak sedikit orang memberikan kritikan kepada PM Netanyahu. Terkait invasi darat Israel ke Rafah, PM Netanyahu dinilai hanya mementingkan menjaga pemerintahannya tetap utuh dibandingkan kepentingan nasional.