Menilik Keberadaan Rempah Rempah yang Membuat Penjajah Betah

Menilik Keberadaan Rempah Rempah yang Membuat Penjajah Betah

Jika Anda menilik keberadaan rempah rempah dan sumber daya alam di Indonesia pada mulanya, maka akan sampai pada sejarah perdagangan kolonial. Selain itu, banyaknya keanekaragaman hayati menarik pengunjung dari negara lain.

Tidak lama kemudian para pemukim Eropa melakukan perjalanan ke Indonesia, dan pihaknya menemukan rempah-rempah yang melimpah. Lalu, apa hubungannya antara kolonialisme di Indonesia dan rempah-rempah?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari lihat bagaimana kolonialisme Indonesia dan komoditas rempah-rempah saling terkait dalam narasi berikut ini.

Keberadaan Rempah Rempah dengan Kolonisasi di Indonesia

Buku “History of Temptation” mengklaim bahwa Malabar, India, adalah jangkar awal perdagangan rempah-rempah kuno Indonesia dengan kawasan Mediterania. Kemudian membawanya ke Venesia dan Roma, serta kota-kota Eropa lainnya.

Orang Eropa pada saat itu belum pernah melihat atau membayangkan wujud tumbuhannya hingga abad keempat belas, sampai pada akhirnya sepakat untuk memulai petualangan rempah Nusantara.

Dalam hal ini bangsa Eropa malah ingin menguasai Indonesia, sebab keberadaan rempah rempah mendominasi keinginan atau kebutuhan penjajah dan karena kualitasnya yang tinggi seperti pala, cendana, dan cengkeh.

Bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang menginjakkan kaki di nusantara. Selanjutnya orang-orang Spanyol dan Belanda tiba di Indonesia sebagai pedagang yang disebut juga dengan VOC.

Karena tidak semua daerah dapat memproduksi rempah-rempah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan, organisasi-organisasi lokal dan bahkan negara-negara luar rela melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang jauh.

Perjalanan tersebut dilakukan dalam upaya melindungi sumber daya alam yang diandalkannya. Bahkan tidak jarang perang seringkali terjadi oleh konflik perebutan wilayah dalam upaya melindungi SDA yang ingin dikuasai seseorang.

Keinginan bangsa luar untuk mendominasi pasar perdagangan rempah-rempah menjadi pendorong konflik ini.

Narasi di atas membawa pada kesimpulan bahwa rempah-rempah dan kolonialisme saling berkaitan, karena melimpahnya komoditas tersebut menjadikan daya Tarik tersendiri bagi pemukim Eropa yang akhirnya menaklukkan Indonesia.

Warisan Rempah-Rempah Indonesia yang Mendunia

keberadaan rempah rempah seperti pala, temulawak, jahe, lada, kayu manis dan cengkeh yang berkualitas dan bernilai jual mahal, membuat para penjajah lama menguasai.

Dikenal sebagai salah satu pemasok rempah-rempah berkualitas tinggi di seluruh dunia, berikut adalah varietasnya:

1. Andaliman

Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) merupakan tanaman asli Indonesia, dan kadang-kadang disebut sebagai Lada Lemon Indonesia.

Mirip dengan lada Szechuan yang digunakan dalam masakan Asia Timur dan Asia Selatan, Andaliman memiliki aroma pedas yang kuat mirip lemon dan bisa membuat lidah Anda mati rasa.

Keberadaan rempah rempah satu ini Ini bekerja dengan baik sebagai penyedap masakan seperti, kuah daging, dan bahkan minuman.

2. Pala

Pada abad keempat belas penjajah Portugis, Inggris, dan Belanda tertarik pada wilayah Indonesia karena nilai salah satu komoditasnya yakni Pala.

Bumbu ini memiliki rasa yang hangat, manis lembut, dan aroma yang unik. Eggnog adalah salah satu dari sekian banyak makanan yang dipanggang, kemudian ada kentang, daging, sup yang dibumbui dengannya.

3. Kayu Manis

Keberadaan rempah rempah berupa kayu manis ini dapat digunakan sebagai topping cappuccino dan minuman coklat panas, atau dapat dipadukan dengan bahan lain untuk membuat cookies, cake, roti manis, dan French toast.

Selain itu yang diperlukan untuk rasa biryani ayam India, tagine domba Maroko, dan kepiting kari adalah kayu manis cassia ini juga.

4. Cengkeh

Cengkeh memberi rasa gurih pada kue, dan rasa yang kuat pada sup sekaligus aroma harum, manis-pedas. Selain digunakan sebagai bumbu di banyak masakan Eropa, komoditas ini berperan pula sebagai bahan utama rokok kretek Indonesia.

5. Jahe

Molekul keton yang disebut zingerone bertanggung jawab atas rasa pedas yang dominan pada jahe.

Ada tiga jenis keberadaan rempah rempah jahe yang tersedia di Indonesia: Jahe Kecil (Jahe Emprit/Zingiber officinale var. Amarum), Jahe Merah (Red Ginger), dan Jahe Biasa (Jahe Gajah).

6. Temulawak

Xantorizol dan zat bioaktif lainnya yang memiliki sifat anti inflamasi dan meningkatkan kekebalan tubuh terdapat dalam temulawak.

Temulawak juga dikenal sebagai bubuk kurkumin, dapat dibuat menjadi curcuma latte atau dicampur dengan bumbu lain untuk membuat minuman herbal.

7. Kunyit

Kunyit mengandung senyawa bioaktif, termasuk kurkumin, yang memiliki efek antiinflamasi dan merangsang kekebalan tubuh.

Anda bisa menggunakan bubuk kunyit dalam berbagai resep, termasuk sup, kari, nasi kuning, dan bumbu tahu, ayam, dan tempe. Anda juga bisa membuat minuman herbal dengan menggabungkannya bersama bumbu lainnya.

Pesona Keberadaan Rempah Rempah Indonesia di Mata Dunia

Karena harga jualnya yang sangat tinggi, sebenarnya mudah untuk menentukan sumber konflik atau sejarah perebutan rempah-rempah, yakni hukum ekonomi.

Bayangkan betapa berharganya segenggam pala atau cengkeh jika dibandingkan dengan sebatang emas batangan. Meskipun ketersediaan komoditas ini tergolong sangat luar biasa, harga yang luar biasa ini disebabkan oleh tingginya permintaan.

Secara umum, keberadaan rempah rempah digunakan untuk memberikan rasa dan aroma yang unik pada makanan. Namun sejak 5000 tahun sebelum Masehi, rempah-rempah juga telah digunakan sebagai obat dan pengawet.

Komoditas ini mempunyai rasa dan khasiat obat, namun bagi kalangan kelas atas di Roma keberadaannya juga diartikan sebagai simbol status.

Rempah-rempah akhirnya berkembang menjadi barang mewah, yang secara eksklusif digunakan dan dimiliki oleh kelompok masyarakat terkaya.

Berdasarkan informasi di atas, masuk akal jika para penjajah tertarik pada keberadaan rempah rempah di Indonesia, dan berupaya memperoleh semuanya.